“Aku Siap Untuk Sesuatu yang Baru. Tak Lain, Hidup Bersamamu.”
Bukan berarti aku tak bahagia dengan hidup yang makin bisa ditebak
arahnya. Lulus, bekerja, mengenal satu-dua orang yang nampaknya bisa
diajak membangun masa depan bersama. Menjalani hari sebagaimana orang
dewasa selayaknya.
Tapi kehadiranmu membuatku ingin melakukan sesuatu yang baru.
Antitesis dari otonomi dan seluruh kebebasan masa mudaku. Keputusan ini
akan membuatku tak bisa seleluasa dulu lagi, tapi di sisimu babak hidup
selanjutnya terasa masuk akal dijalani.
Sayangku, kali ini mantap sudah kesiapanku. Aku siap untuk sesuatu yang baru — yaitu memulai hidup bersamamu.
Kita adalah rima yang sudah bisa ditebak ke mana arahnya. Genggam tangan dan rengkuhan sayang adalah peta menuju jalan pulang
Sebelum bersamamu cinta penuh tanda tanya sudah khatam kujalani
bersama mereka yang hanya datang lalu pergi. Aku pernah jadi gadis gengsi yang enggan mengungkapkan
apa yang dirasa. Berharap prianya mampu membaca apa yang diinginkan
tanpa harus berkata-kata. Masalah didiamkan, mengendap sekian lama,
hingga akhirnya meledak pada saatnya.
Di lain kesempatan perasaan pernah dibiarkan menuntun perjalanan. “Yang penting bahagia, urusan masa depan lain perkara.”, begitulah
perbedaan berusaha dibuat sederhana. Toh pada akhirnya masalah tidak
menguap setelah diacuhkan sekian lama. Perbedaan yang nyata menyisakan
satu-dua kerat luka di dada.
Mendapatkan posisi menjadi pendampinganmu membuatku merasa seperti tutup botol bertemu ulirnya. Rasanya ada suara, “Klik!”
yang menggema di telinga setiap kita bersama. Kita jelas bukan dua
manusia yang sama — tapi kau dan aku seperti sepasang penyair yang lihai
menyamakan rima.
Dalam genggam tanganmu jemariku membaca gurat masa depan. Dekap hangatmu seperti sandi morse yang menuntunku menuju pulang. Bersamamu, aku tak lagi merasa gamang.
Hidup penuh prediksi makin lawas rasanya dijalani. Bolehkah lenganmu sekarang kujadikan pegangan? Bersama, kita hadapi tidak pastinya masa depan
Biar saja jika kita tak langsung bahagia. Kali ini aku berjanji akan lebih keras kepala memperjuangkan hubungan kita.
Sudah lewat masanya menjalani cinta yang begitu-begitu saja. Kencan ke tempat baru setiap Malam Minggu, fancy dinner, hura-hura menghabiskan waktu dimall. Kita sudah
terlalu dewasa untuk cinta kacangan macam itu.
Sekarang lebih ikhlas kujalani cinta yang melibatkan perdebatan
sengit di antara kita. Tentang bagaimana menyisihkan gaji agar dapat membangun bahtera rumahtangga, soal mengatur hobiku dan hobimu yang ternyata
menghabiskan sekian banyak dana. pun masalah kita akan tinggal dimana setelah menikah nanti.
Malam-malam panjang ala zombie akan segera datang. Perdebatan yang melibatkan urat leher mengencang pasti tak terelakkan. Tapi dalam setiap perubahan, akan kita susun balok-balok pengharapan
Randomnya hari ini akan jadi cerita lucu yang kelak
bisa melengkungkan senyum di pipi. Keinginanku yang seenaknya mengajakmu
Nikah dan jalan2 keluar kota hanya karena ingin foto bersamamu. Sepakat menghadapi masa depan berdua bukan berarti tanpa konsekuensi.
Kita jelas tak akan lagi jadi pasangan manis yang selalu saling memuji.
Sesekali kau bisa berubah jadi pengkritik nomor wahid yang paling
menyebalkan. Aku pun bisa menjelma jadi gadis penuh tuntutan, yang
mendorongmu tak pernah lelah mengejar masa depan.
Akan ada masa sulit yang tak terelakkan. Akan datang malam-malam panjang yang membuat kita terpaksa berjaga. Bukan untuk bercinta, melainkan demi mengurus nyawa baru yang kita hasilkan berdua kelak.
Dalam tiap pergeseran mozaik kehidupan, ada pengharapan yang kupanjatkan. Kau dan aku akan belajar berbaik sangka pada Tuhan bahwa
kesulitan tidak datang tanpa tujuan. Ada kebaikan yang pasti menunggu di
masa depan.
Berdua, kita akan tumbuh jadi partner dalam merayakan kehidupan. Idealisme dan keyakinan diangkat tinggi-tinggi di setiap prosesi bersulang
Meski kebahagiaan tak langsung serta merta datang, ada rasa cukup
setiap kita berjalan bersisian. Kau dan aku adalah dua manusia dengan
banyak kekurangan, tapi hanya masing-masing dari kita yang bisa menerima
satu sama lain tanpa perlu banyak persyaratan.
Kuterima kegigihanmu mempertahankan idealisme yang kerap membuat kita
dikomentari rekan sejawat yang tampak selangkah lebih mapan. Akan kudampingi
dirimu, dengan segala nilai-nilai yang kau percaya, sembari terus
mengulang keyakinan dalam dada bahwa idealisme akan menjadi kemewahan
terakhir yang dimiliki generasi muda.
Di sisi lain, kau pun menerimaku apa adanya. Kegemaranku
berandai-andai tak pernah membuatmu memalingkan telinga. Kau dengarkan
cerita anehku tentang beratnya pekerjaanku.
Kau pun mengamini cita-citaku yang tak lain ingin selalu bersamamu.
Kau pun mengamini cita-citaku yang tak lain ingin selalu bersamamu.
Berdua, idealisme terasa makin ringan dijalankan. Ada tangan yang
akan selalu menggenggam. Ada hati yang akan terus percaya bahwa nilai
yang dipegang erat di dekat dada memang layak diperjuangkan sebegitu
kuatnya. Kegagalan akan dihadapi dengan hati lapang, pun keberhasilan
selalu terasa lebih lengkap dengan denting gelas kita yang saling
menemukan.
Di luar sana biar dunia tetap berputar pada porosnya. Hanya saja kali ini ijinkan aku melakukan sesuatu yang berbeda. Kini, bolehkah aku dan kamu melebur sepenuhnya — jadi kita?
Saat kuucapkan kesiapan ini roller coaster akan tetap
berputar berulang di lintasannya. Lebaran, dan Tahun Baru akan
tetap datang saling berurutan. Tidak semua hal di dunia berhenti dan
berubah hanya karena urusan keyakinan.
Kau dan aku akan tetap jadi manusia keras kepala dengan kadar
menyebalkan yang sama. Kesulitan hidup juga tak langsung lebih ramah
menyapa. Bahkan di beberapa episode hantaman datang lebih keras dari
biasanya.
Hanya saja kini ada kepasrahan soal masa depan yang tak perlu dijelaskan. Ada kemantapan yang muncul tanpa membutuhkan undangan.
Bersamamu, kesulitan hidup layak diperjuangkan. Jatuh bangun kita
sebagai pasangan masuk kategori momen sakral yang pantas dikenang. Kau,
satu-satunya orang yang membuatku mampu berkata, “Iya” tanpa banyak rentetan pertanyaan.
Sesuatu yang baru tak pernah terasa semenjanjikan ini, selain bersamamu.
#Me With You