tuhan hanya 1 yang ku tahu saat ini,,,bahwa aq sangat kecewa,,,aq benci pada diriku sendiri,,
ingin rasanya aq berteriak sekencang-kencangnya bahwa aq salah mengenal dia,,,
hanya karena aq tertipu oleh kemolekan wajahnya yang lugu,,,ternyata dia tidak lebih dari se ekor hewan yang liar,,yang buas, pemangsa,,,dan hewan buas yang bener-bener mematikn...
saat ini aq tak tahu harus bagaimana menghadapi kenyataan ini,, bahwa aq dihapakan dengan masalah yang cukup membuat aq lumpuh...
tuhan saat ini aq hanya meminta bahwa hilangkan rasa benci ini,,hilangkan rasa kecewa ini,,agar aq dapat melanjutkan hidupku,,agar aq dapat lebih bertakwa kepadamu,,,
tuhan tolong aku lepaskan dari segala beban ini,,aq mohon dengan sangat ya Rabb...
Aku bukanlah orang yang yang istimewa,tapi kalian sangat istimewa bagiku. Ya - Allah " You Know My situation, My weakness & My need, Ya - Allah to you I turn to you I complain & from you I seek help ! Respon to my dua's "
Minggu, 07 April 2013
Jumat, 08 Februari 2013
no bodi is perfect
Ya Allah Maafkan aku yang lemah terhadap cobaanmu...
Ya ALLAH maafkan aku yang selalu prasangka buruk terhadap orang lain..
Ya Allah maafkan aq yang selalu bersikap egois dan selalu menghakimi orang lain...
walaupun aq tahu tidak ada manusia yang sempurna..
karena ketidak sempurnaanku..membuat aq takut untuk menyayangi orang lain,,terutama kaum ADAM..karena aq takut dia kecewa dengan sipakku..
Ya ALLAH maafkan aku yang selalu prasangka buruk terhadap orang lain..
Ya Allah maafkan aq yang selalu bersikap egois dan selalu menghakimi orang lain...
walaupun aq tahu tidak ada manusia yang sempurna..
karena ketidak sempurnaanku..membuat aq takut untuk menyayangi orang lain,,terutama kaum ADAM..karena aq takut dia kecewa dengan sipakku..
My skripsi " Pengelolaan stres pada ibu single parent"
PENGELOLAAN
STRES
PADA IBU SINGLE
PARENT
Akmalia
Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengelolaan stres pada ibu single parent.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
metode studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang ibu
yang telah berstatus sebagai single
parent
karena perceraian dan telah memiliki anak. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan wawancara semi
terstruktur dan observasi non partisipan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya stres pada seorang ibu single
parent
saat perceraian dan pasca perceraian, stres yang dirasakan ialah
menjalani hidup dan membesarkan anak seorang diri tanpa dukungan
seorang suami, status sebagai single
parent,
masalah ekonomi, pekerjaan, peran ganda subjek dan hubungan pribadi
subjek dengan lingkungan setelah perceraian. Pengelolaan pada kedua
subjek ialah dengan mememinta dukungan serta nasehat kepada orang
terdekat, jalan-jalan bersama teman-teman dan makan bersama, mencari
kegiatan, berolahraga, serta memperbanyak doa dan shalat serta
bersabar dan ikhlas.
Kata Kunci : stres,
ibu
single parent
Abstarct
This reseach
aimsto determine the management of stressin mothers single parent.
Research method used was a Qualitative research case study method.
Subjects in this study were two mothers who have children. Data
collection techniques in this study was conducted using semi-
stuctured intervews and non participant observation. The result
showed that the stress on a mother’s time of divorce and single
parent after divorce, perceved stress is to live alone without the
support of a husband, status as a single parent, the economy, jobs,
the dual roleof the subject, and the subject of a personal
relationship with the environment after divorce. Management in both
subject is to ask for support and advice to people nearby, walk with
friends, eating together, looking for activity, exercise, and
multiply prayer, prayer patience and sincerity.
Keyword : stress,
Single parents Mother
- Pendahuluan
Didalam kehidupan
keluarga, ayah dan ibu memiliki peran sebagai orangtua dari
anak-anak. Mengasuh anak dengan pasangan hidup tentunya menjadi
kewajiban bersama yang menyenangkan, namun
pada kenyataannya
dimasyarakat
terdapat keluarga yang salah satu orang tua tidak ada, baik karena
perceraian, perpisahan atau meninggal dunia.
Hal
ini
mengharuskan seseorang untuk mengasuh atau membesarkan anak-anaknya
seorang diri tanpa adanya dukungan dari
pasangan hidup atau
suami.
Tentu akan menjadi dilema pada setiap individu. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Dobbins
(2008)
yang menyatakan bahwa menjadi orang tua tunggal atau single
parent
bisa mejadi buruk bagi banyak orang. Mengasuh anak seorang diri tanpa
dukungan suami tidak pernah terbayangkan di benak seorang wanita.
Berdasarkan
berbagai sumber referensi dan data yang ada jumlah keluarga single
parent
daripada ayah yang menjadi single
parent,
lebih banyak dibandingkan dengan keluarga orang tua pria. Wibowo
(2008)
perbandingan jumlah janda dan duda di Indonesia adalah 469:100,
artinya
jumlah duda yang tidak menikah hanya seperlima dari jumlah janda yang
tidak menikah lagi. Jadi lebih banyak duda yang menikah akibatnya ibu
single
parent
lebih banyak. Hasil Survey Sosial Ekonomi nasional yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik tahun 1994 (Harian
Tempo,
2011)
menunjukkan bahwa jumlah ibu di Indonesia yang menjadi kepala rumah
karena bercerai sebanyak 778.156 orang dan karena kematian suami
berjumlah 3.681.586 orang (total 4.459.724). Berdasarkan data Program
Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka), terdapat sedikitnya
40 juta jiwa di Indonesia berstatus janda. Hal ini berarti kenaikan
jumlah orang tua tunggal ibu hampir sepuluh kali lipat selama rentang
10 tahun.
Fenomena single
parent
beberaba dekade terakhir ini menjadi marak terjadi di Indonesia.
Data
Direktorat Jendral Badan Pengadilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen
Badilag MA), selama tahun 2010 ada 285.184 perkara yang berakhir
dengan perceraian ke Pengadilan Agama se-Indonesia. Angka tersebut
merupakan angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Kasus perceraian di
DI.Yogyakarta sendiri dalam kurun waktu 5 Tahun mengalami peningkatan
81% mencapai 251.208
kasus.
Dibuktikan
dengan data pada Tahun 2007 ada
709 perkara diputus,
pada tahun 2008 ada 991 perkara diputus, tahun 2009 ada 1019 perkara
diputus, tahun 2010 ada 1123 perkara diputus, sedangkan pada tahun
2011 ada 1267 perkara yang putus,
dari data tersebut membuktikan
bahwa
fenomena
orang tua tunggal setiap tahunnya
juga
mengalami peningkatan.
Alvita
(2008) menyatakan bahwa single
parent
mempunyai peran ganda dalam keluarga. Peran ganda tersebut harus
memenuhi kebutuhan psikologis anak (pemberian kasih sayang, perhatian
dan rasa aman) serta harus memenuhi kebutuhan fisik anak (kebutuhan
sandang pangan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan lainnya yang
berkaitan dengan materi), artinya ibu
single
parent
harus mampu mengkombinasikan antara pekerjaan domestic
dan public
demi
tercapainya tujuan keluarga yaitu membentuk anak yang berkualitas.
Terkadang konflik
internal muncul saat ibu single
parent
harus memainkan peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya.
Hal ini
karena
di satu sisi ibu harus mengurus keperluan rumah tangga namun di sisi
lain
ibu
juga harus bekerja untuk menafkahi keluarganya. Bila ibu cenderung
hanya
memainkan satu peranan saja maka akan mengorbankan hal-hal yang
sesungguhnya penting.
Berdasarkan hal
tersebut
maka kematangan
dibutuhkan
pada ibu
yang berstatus sebagai single
parent,
hal tersebut dikarenakan
kematangan
pada ibu single
parent
dapat mempengaruhi
dalam
membentuk dan mendidik anak yang berkualitas
sehingga
dia
harus melakukan segala cara
untuk
membesarkan anak layaknya orang tua yang super.
Kenyataannya
tidak semua ibu
single
parent
memiliki kematangan. Bagi
seorang ibu single
parent
sebuah
masalah
akan dijadikan beban
yang
penuh dengan stres
jika
ibu yang tidak siap menghadapi kenyataan hidup. Banyak diantaranya
menjadi konflik batin antara bekerja dan mengurus rumah, sehingga
stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi akan memunculkan
dampak negatif. Dampak negatif secara kognitif seperti kesulitan
konsentrasi, dampak negatif secara emosional seperti cemas, sedih,
kemarahan, frustasi dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara
fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh menurun,
sering pusing, terasa lesu dan lemah, serta kesulitan untuk tidur
nyeyak. Stres juga menuntut manusia untuk menyesuaikan diri, yang
merupakan reaksi awal dari penyesuaian diri (Heiman dan Kariv dalam
Triantoro, 2005).
- Telaah Teori
- Stres
Stres
adalah suatu keadaan yang tertekan baik secara fisik maupun
psikologis. Keadaan yang tercipta ini merupakan suatu keadaan yang
sangat mengganjal dalam diri individu karena adanya perbedaan antara
yang diharapkan dengan yang ada (Chaplin, 2002).
Menurut
Lazarus dan Folkman (1984) stres adalah tergantung secara penuh pada
persepsi individu terhadap situasi yang berpotensi mengancam. Hal
senada juga dijelaskan oleh Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan
stres sebagai segala peristiwa atau kejadian baik berupa
tuntunan-tuntunan lingkungan maupun tuntunan-tuntunan internal
(fisiologis dan psikologis) yang menuntut, membebani, atau melebihi
kapasitas sumberdaya adaptif individu. Stres dapat juga didefinisikan
sebagai keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian,
peristiwa dan respon, interpretasi individu yang menyebabkan
timbulnya ketegangan yang diluar kemampuan inividu untuk mengatasinya
(Rice, 1994).
Selye
(Saseno, 2001) mendefinisikan stres sebagai
respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang
terganggu. Atkinson
(2000) mengungkapkan
stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan
kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang situasi ini disebut
sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini
di sebut sebagai respon stres. Stres adalah suatu keadaan tertekan,
baik, secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 1997).
Menurut
Nerney
(1984)
menyebutkan
stres sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap
situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan,
dan merisaukan seseorang. Selanjutnya menurut Harjana (1994) stres
sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang
yang mengalami stres membuat orang yang bersangkutan ketidaksepadanan
antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis,
psikologis, dan sosial yang ada padanya.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
Dalam
pengertian umum stres terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa
yang mereka rasakan yang mengancam kesehatan fisik atau
psikologisnya. Peristiwa tersebut biasanya dinamakan stresor, dan
reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres
(Atkinson, dkk 2002). Adapun menurut Maramis (2001) masalah
penyesuaian atau keadaan stres dapat bersumber pada frustasi,
konflik, tekanan,
dan krisis.
Seperti
halnya stres yang di hadapi pada ibu single
parent.
Sumber
stres yang sama dapat menimbulkan respon yang berbeda pada orang yang
berbeda. Tiap orang juga memiliki daya tahan yang berbeda dalam
menghadapi
stres. Terdapat 2 faktor utama yang melatarbelakangi hal tersebut,
yaitu
faktor
internal
(dalam diri seseorang) dan faktor eksternal
(dukungan sosial),
yang
menuntut penyesuaian atas individu
( Cristian, 2005) yang meliputi:
- Faktor eksternal
Stres
juga sering dihubungkan dengan masalah-masalah yang disebabkan oleh
kondisi, lingkungan ataupun orang disekitar. Faktor
eksternal yang bagi kebanyakan orang pasti menyebabkan stres, banyak
faktor
eksternal yang menyebabkan orang merasa tertekan jika harus
mengalaminya. Berikut ini faktor
eksternal, yaitu :
- Faktor lingkungan (Evironmental Factor)
Lingkungan
fisik yang tidak jarang menjadi stresor yang serius untuk banyak
orang. Faktor lingkungan fisik yang sering membuat stres adalah
suasana yang sepi,dan kondisi yang berantakan.
- Faktor sosial (Social Factor)
Faktor
sosial yang menyangkut hubungan antar manusia. Hubungan yang menjadi
stresor diantaranya, hubungan keluarga, hubungan pekerjaan, hubungan
dengan banyak orang, dan hubungan dengan orang yang bermasalah.
Misalnya mengalami tindakan yang kasar, korban sikap berkuasa dan
menerima tindakan agresif dari pihak lain.
- Faktor Lembaga (Institusional Factor)
Baik
itu masyarakat primitif dengan adat istiadatnya, maupun masyarakat
modern dengan berbagai atauran dan kode perilakunya, adanya peraturan
yang terlalu dan tekanan data
line
yang harus di penuhi, lembaga memainkan peranan penting bagi
kehidupan setiap individu.
- Peristiwa besar (Major life Events)
Peristiwa
besar dalam kehidupan bisa menyebabkan stres, terlepas apakah
peristiwa itu positif (menyenangkan) atau negatif
(menyedihkan). Artinya setiap peristiwa besar pada hakikatnya adalah
stresor. Misalnya, kelahiran, kematian, kehilangan pekerjaan dan
perubahan status perkawinan.
- Faktor Internal
Stres
sering dihubungkan dengan perasaan. Stres juga sering dikaitkan
dengan pikiran. Ketika menganggap stres sebagai akibat dari perasaan
dan perasaan yang buruk maka di akibatkan dari diri sendiri atau
faktor internal, yang meliputi:
- Karakteristik seseorang
Karakteristik
tersebut antara lain: usia,
gender,
status ekonomi dan tingkat pendidikan.
- Pengalaman stres sebelumnya
Pengalaman
seseorang menghadapi stres akan membantunya dalam menghadapi stres
serupa di masa mendatang.
- Tipe kepribadian
Terdapat
suatu tipe kepribadian yang disebut dengan tipe A. tipe kepribadian
ini terdiri dari sekumpulan sifat yang relatif
menetap seperti dorongan untuk berkompetisi secara berlebihan,
agresif, tidak sabar, selalu terburu-buru dan seringkali merasa cemas
atau tidak aman. Orang dengan kepribadian tipe A, beresiko tinggi
menderita sakit seperti serangan jantung ketika mengalami stres.
Faktor-faktor
ini sering berantai dan berkembang selama waktu tertentu hingga
mencapai tingkatan yang sulit dibedakan dari keadaan
(tingkah
laku) normal. Gejala fisik berupa nafas memburu, mulut dan
kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang,
sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala dan salah urat.
Sedangkan gejala yang berwujud perilaku misalnya perasaan bingung,
cemas, sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, tak mampu berbuat
apa-apa,
dan
kehilangan semangat. Serta kesulitan dalam konsentrasi, bahkan sampai
hilangnya kreativitas, gairah, dalam penampilan dan minat terhadap
orang lain (Diponegoro, 2006).
- Single parent
Menurut
Qaimi (2003) ibu
single
parent
adalah suatu keadaan seorang ibu
menduduki
dua jabatan sekaligus, sebagai ibu yang merupakan jabatan alamiah,
dan sebagai ayah. Selain
itu
dia akan memiliki dua bentuk sikap,
sebagai
ibu yang
harus
bersikap lembut terhadap anaknya, dan sebagai ayah yang bersikap
jantan dan bertugas memegang kendali aturan dan tata tertib
keluarga,
serta berperan sebagai penegak keadilan dalam kehidupan rumah tangga.
Tolok ukur keberhasilan seorang ibu
dalam mendidik anaknya terletak pada kemampuannya dalam menggabungkan
kedua peran dan tanggung jawab tersebut, tanpa menjadikan sang anak
kebingungan dan resah.
Menurut Dwiyani
(2009) ibu single
parent
adalah ibu yang mengasuh anak-anaknya sendirian tanpa didampingi oleh
suami atau pasangan hidup yang disebabkan oleh perceraian, kematian
pasangan hidup, terpisah tempat tinggal, kehamilan diluar pernikahan
dan memutuskan untuk mengadopsi anak dan diasuh sendiri tanpa proses
pernikahan.
Sedangkan
Anderson.dkk (1998) mengartikan single
parent
sebagai ibu yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping
dikarenakan perpisahan atau perceraian. Exter (dalam Anderson dkk.
1998) mengatakan bahwa menjadi single
parent
merupakan pilihan hidup yang dijalani oleh individu yang berkomitmen
untuk tidak menikah atau menjalin hubungan intim dengan orang lain.
Single
parent
dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang punggung
keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang
tidak harmonis (Anderson dkk. 1998).
- Masalah pada ibu single parent
Hilangnya pasangan
yang diakibatkan karena perceraian atau kematian menimbulkan banyak
masalah dalam penyesuaian diri bagi ibu. Hal ini lebih menyulitkan
secara khusus bagi seorang ibu biasanya mengalami kesepian yang
mendalam (Hurlock, 2004).
Menurut Setiati
(2011), juga menambahkan masalah yang sering dihadapi oleh ibu single
parent
biasanya adalah masalah anak, anak akan merasa sangat kehilangan
salah satu orang yang berarti dalam hidupnya. Untuk itu sangat
penting bagi ibu single
parent
untuk tidak larut dengan masalah yang dihadapi.
Hurlock (2004),
menjabarkan masalah yang dihadapi oleh single
parent akibat
perceraian:
- Masalah ekonomi: setelah bercerai, ibu akan mengalami kurangnya pendapatan keluarga. Seorang ibu single parent memulai bekerja pada usia madya, biasanya mereka tidak dapat memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
- Masalah praktis: ibu single parent mencoba untuk menjalankan hidup rumahtangga sendirian, setelah terbiasa dibantu oleh pasangan. Akan tetapi setelah bercerai semua pekerjaan dilakukan seorang diri.
- Masalah psikologis: ibu cenderung merasa tidak menentu dan identitasnya kabur setelah terjadi percerian. Kondisi ibu sebelum perceraian identitasnya tergantung dengan suaminya.
- Masalah pengasuhan anak: perceraian membuat masalah dalam hak asuh anak. Tanggungjawab untuk merawat anak perlu dibagi dua, maka masing-masing rangtua dan anak akan menghadapi masalah dalam penyesuaian diri dengan kehidupan baru. Perceraian akan membuat anak menjadi bingung, depresi dan murung. Perebutan anak hendaknya tidak dilakukan berkepanjangan, serta jangan menunjukkan emsianal orangtua dihadapan anak.
- Masalah keluarga: apabila masih mempunyai anak yang masih tinggal serumah, maka ibu single parent harus memainkan peran ganda yaitu sebagai ayah dan ibu, dan harus menghadapi berbagai masalah yang timbul dalam keluarga tanpa pasangan selain itu juga harus menghadapi masalah yang berhubungan anggota keluarga dari pihak suami.
- Sulitnya memenuhi figur ayah bagi anak: figur seorang ayah ini harus tetap terpenuhi agar pertumbuhan fisik dan psikis anak berjalan dengan baik. Perceraian anak memberi dampak luka panjang dalam kehidupan anak. Maka dari itu ibu harus bisa menjaga pertemanan dan menjaga tali silahturahmi yang baik dengan mantan suami. Dengan demikian anak akan tetap memiliki figur arangtua yang utuh, meski kedua orangtuanya telah bercerai.
- Pengelolaan stres
Pada
tingkat tertentu (batas optimal) stres memberikan manfaat bagi
kesehatan dan kerja seseorang, oleh karena itu stres tidak perlu
dihilangkan secara keseluruhan akan tetapi stres butuh dikelola.
Selain itu mustahil untuk menghilangkan seluruh stres yang dialami
dalam kehidupan, maka dibutuhkan kemampuan untuk pengelolaan stres.
Greenberg (2002).
Dalam
pengelolaan stres dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Tujuan tersebut adalah mencegah berkembangnya stres dari satu tahap
ke tahap selanjutnya. Tiap tahap perkembangan stres
membutuhkan
jenis dan strategi yang berbeda
(Yuwono, 2010). Secara
rinci, ada beberapa cara dalam pengelolaan stres Wallace (Yuwono,
2007)
menyebutkan beberapa cara menghadapi stres yaitu:
- Cognitive restructuring
Yaitu
dengan mengubah cara berfikir negatif menjadi positif. Hal ini
dilakukan melalui pembiasaan dan pelatihan
- Journal writing
Yaitu
menuangkan apa yang dirasakan dan dipikirkan dalam jurnal atau
gambar. Jurnal dapat ditulis secara periodik tiga kali seminggu,
dengan durasi waktu 20 menit dalam situasi yang memungkinkan
penuangan secara optimal (suasana tenang, tidak di interupsi kegiatan
lain). Setelah menggambar dan menulis jurnal individu dapat melihat
kembali apa yang telah dilakukan dan dapat belajar mengantisipasi
dengan strategi yang tepat. Gambar dapat menjadi ekspresi perasaan
diri yang tidak mampu diutarakan dalam tulisan dan setelah menggambar
dapat dirasakan kelegaan perasaan. Psikolog juga dapat membatu
individu dalam menemukan solusi yang tepat melalui jurnal dan gambar
ini.
- Time management
Yaitu
mengatur waktu secara efektif untuk mengurangi stres akibat tekanan
waktu. Ada waktu dimana individu melakukan teknik relaksasi dan
sharing
secara efektif dengan psikolog
maupun bersama orang terdekat
dalam membentuk kepribadian yang kuat.
- Relaxation technique
Yaitu
mengembalikkan kondisi tubuh pada homestatik, yaitu kondisi tenang
sebelum ada stresor. Ada beberapa teknik relaksasi, antara lain yaitu
yoga, meditasi, dan bernafas diaphragmatic.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
ini adalah untuk
mengetahui
pengelolaan stres stres dan faktor-faktor stres yang mempengaruhi
pada ibu single
parent.
Metode penelitian
- Pendekatan dan strategi penelitian
Pendekatan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holisti, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2011).
Karakteristik
penelitian kualitatif (Poerwandari,
2007)
mendasarkan diri pada kekuatan narasi untuk dapat mengungkap
kompleksitas realitas sosial yang diteliti. Sehingga sangat
memerlukan elaborasi naratif yang akan memudahkan pembaca memahami
mendalami makna dan interpretasi terhadap keutuhan fenomena.
Penelitian
kualitatif bersifat alami (naturalistic
inquiry)
yang tidak memanipulasi individu, kelompok, program, ataupun pola
hubungan interaksi.
Metode
pendekatan dan cara yang akan digunakan dalam memperoleh data atau
fenomena yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pedekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus merupakan
penyelidikan mendalam (indepth
study)
mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan
gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap. Cakupan studi
kasus dapat meliputi keseluruhan siklus kehidupan atau dapat pula
hanya meliputi segmen-segmen tertentu saja. Dapat terpusat pada
beberapa faktor yang spesifik dan dapat pula memperhatikan
keseluruhan elemen atau peristiwa (Azwar, 2009)
Model studi
kasus yang dipakai dalam penelitian ini adalah model studi kasus
intrinsik, model ini dipilih karena alasan penulis
ingin mengetahui dan memahami secara utuh kasus tentang bagaimana
seorang ibu single
parent
pengelolaan
stres
yang dihadapi.
Menurut
Alsa (2011) penelitan dengan rancangan studi kasus dilakukan untuk
memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna
sesuatu atau subjek yang diteliti. Penelitian studi kasus lebih
mementingkan proses daripada hasil, lebih mementingkan konteks
daripada suatu variable khusus, lebih ditujukan untuk menemukan
sesuatu daripada kebutuhan konfirmasi. Pemahaman yang diperoleh dari
studi kasus dapat secara langsung mempengaruhi kebijakan, praktek,
dan penelitian berikutnya.
- Pendekatan dalam analisis data
Analisis data
kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2011).
Pendekatan dalam
analisis data penelitian ini adalah Analisis
isi (content
analysis)
merupakan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mendeskripsikan inidividu dengan masalah pengelolaan
stres pada ibu single
parent.
Analisis isi atau content
analysis
menurut holisti (dalam Meleong, 2008) adalah teknik apapun yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk menemukan
karakteristik pesan yang dilakukan secara obyektif dan sistematis.
Dengan analisis isi ini maka penulis
dapat memahami hasil data yang telah diambil dan data informasi yang
diperoleh dapat lebih detail ketika dianalisis.
- Sampling
Pengambilan sampel pada
penelitian
ini dilakukan dengan
menentukan informan penelitian dalam penelitian kualitatif sangat
tepat jika didasarkan pada tujuan dan masalah penelitian yang akan
dikaji. Adapun pemilihan
sampel yang tepat dalam penelitian kualitatif adalah berdasarkan
tujuan (purposive
sampling). Menurut
Moleong
(2008) yang dimaksud dengan purposive
sampling
adalah sampel yang diambil bukan tergantung pada populasi melainkan
disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga dapat dikatakan
sebagai sampel-bertujuan.
Purposive
sampling
ini memberikan kebebasan kepada peneliti dari keterikatan proses
formal dalam mengambil sampel yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan
penelitian.
Dalam
studi kasus, jumlah sampling relatif
lebih sedikit,
sehingga perlu untuk diperhatikan bahwa masing-masing informan
memiliki kasus yang sama dengan latar belakang yang bermacam-macam.
Penentuan sampling sesuai dengan kriteria-kriteria khusus yang telah
ditentukan (criterion
sampling)
akan sangat membantu dan bermanfaat jika masing-masing informan yang
diteliti merupakan representasi dari subjek yang diharapkan.
Kriteria
yang ditentukan oleh penulis
dalam penelitian ini yaitu meliputi :
- Berstatus single parent karena perceraian. Lama perceraian minimanal 3 tahun.
- Memiliki anak yang belum dewasa.
Alasan
dipilihnya bersatus single
parent
karena perceraian yaitu karena orang tua tunggal yang disebabkan oleh
faktor
perceraian memiliki permasalahan yang lebih kompleks. Rumah tangga
yang pecah karena perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan
keluarga ketimbang rumah tangga yang pecah karena kematian. Alasan
yang pertama, periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan
sulit bagi anak daripada periode penyesuaian yang menyertai kematian,
yang kedua, perceraian akan membuat anak akan menjadi berbeda dimata
teman sebaya (Hurlock, 2004) untuk memastikan terpenuhinya kriteria
penelitian ini maka akan dilakukan cek terhadap dokumen surat cerai.
- Metode pengambilan data
- Wawancara
Wawancara menurut pendapat
Benister (Poerwandari,
2007) adalah
percakapan yang terjadi antara pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
Memberikan jawaban. Maksud dilakukan wawancara untuk mengetahui
informasi tentang pribadi responden, perasaan, pendapat, anggapan,
aktivitas, motivasi dan tujuan (Moleong 2004).
Wawancara yang digunakan adalah
wawancara semi terstruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam
kategori in-dept
interview,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2011).
Wawancara
akan dilakukan kepada
subjek,
dan significant
person.
Kemudian
dikumpulkan datanya menggunakan rekaman dan data dari hasil rekaman
tersebut akan dideskripsikan dalam verbatim.
- Observasi
Observasi adalah
kegiatan yang dilakukan dengan memperhatikan secara akurat dan
mencatat fenomena. Data observasi dikatakan penting oleh Patton
(Poerwandari, 2007) karena dengan metode observasi akan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang konteks yang sedang diteliti,
menunjukkan peneliti bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan
daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati
masalah secara induktif serta merefleksikan pemikiran mereka tentang
pengalamannya, yang terkadang kurang disadari responden.
Sarwono (2006)
menjelaskan lebih lanjut secara panjang lebar, mengenai kegiatan
dalam observasi.
Kegiatan yang akan dilakukan dalam observasi sebagaimana disebutkan
mengenai definisi observasi melakukan pencatatan secara sistematis
kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal
lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang akan dilakukan.
Observasi
berperan untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar
belakang sosial yang alami (Sarwono, 2006).
Observasi yang
digunakan adalah observasi non partisipan atau partisipasi pasif
(passive
participation),
yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2011). Peranan
peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai
pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamatan. Penulis sebagai
anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya
(Moleong, 2011).
Observasi akan dilakukan di rumah dan
tempat kerja subjek dengan
bentuk pencatatan
check
list.
Hasil dan
Pembahasan
- Faktor-faktor yang memicu stres pada ibu single parent
Berdasarkan dari
hasil yang diperoleh pada studi kasus dan hasil wawancara di
lapangan bahwa adanya masalah yang
dihadapi oleh ibu single
parent setelah
bercerai.
Dari
hasil wawancara dengan kedua subjek mengalami hal yang sama yaitu
menyebutkan masalah yang di hadapi terhadap perubahan status menjadi
single
parent.
Masalah ekonomi, masalah yang terjadi dengan anak, masalah dengan
lingkungan serta masyarakat setempat.
Dari hasil wawancara
yang dilakukan bahwa, kedua subjek mengalami stres dan rasa cemas
atau khawatir dalam menghadapi kenyataan bahwa harus membiayai
keluarga seorang diri tanpa dukungan seorang suami, kesulitan ekonomi
yang kurang untuk kebutuhan keluarga yang semakin besar, biaya hidup
yang semakin mahal membuat kedua subjek stres. hal ini menyebabkan
kesulitan yang besar sehingga sulit mendahulukan yang lebih penting.
Subjek My yang kesulitan untuk membiayai sekolah anak saat ini
dikarenakan biaya sekolah yang sangat mahal dan kebutuhan hidup yang
semakin besar.
Masalah anak yang
sulit diatur, selalu membantah omongan, sulitnya berkomunikasi yang
baik dengan anak dan kenakalan anak juga memicu sumber stres pada
subjek My. Berbeda pada subjek Ad yang merasa sedih dikarenakan harus
berpisah dengan anak, karena sikap dan perlakuan suami yang kasar dan
keras memicu stres. Subjek juga sedih dikala anak sedang sakit, rasa
kangen kedapada anak, akan tetapi sulit untuk bertemu dengan anak
disebabkan perlakuan suami yang yang bersikap berkuasa terhadap
subjek Ad.
Masalah yang
dihadapi oleh ibu single
parent
ialah Adanya kebingungan dan rasa kekhawatiran saat ini, dari hasil
wawancara terhadap kedua subjek yaitu tidak pernah terbayangkan dan
terfikirkan serta resiko untuk membesaran anak seorang diri tanpa
dukungan suami. Akan tetapi pada subjek Ad yang saat ini anak diambil
hak asuh oleh suami, sehingga memicu stres.
Dari hasil wawancara
subjek Ad yang memiliki riwayat darah rendah, ketika mengalami stres
seringnya maag kambuh dan tekanan darah semakin menurun. Hal ini
berdampak pada fisiologis subjek sehingga menyebabkan asam lambung
yang meningkat mengakibatkan subjek harus rawat inap di rumah sakit.
Subjek My yang juga stres mengalami kecemasan dan kebingungan yang
sama tetapi tidak berdampak pada fisiologis, hanya perubahan pola
makan yang semakin meningkat dikarenakan pekerjaan rumah yang tidak
ada habisnya beban yang banyak dan semakin berat membuat subjek My
juga sering marah-marah serta berperilaku agresi ketika stres.
Rasa jenuh dan rasa
bosan yang berlarut-larut hal ini menimbulkan stres.
Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stres sebagai segala
peristiwa atau kejadian baik berupa tuntunan-tuntunan lingkungan
maupun tuntunan-tuntunan internal
(fisiologis dan psikologis) yang menuntut, membebani, atau melebihi
kapasitas sumberdaya adaptif individu.
Dari hasil wawancara
juga menyebutkan kedua subjek yang merasa kesepian, tertekan dan
bosan, subjek My yang mengalami kesulitan dalam pekerjaan rumah
tangga yang tidak ada habisnya, dan pekerjaan sebagai karyawan serta
harus mencari pesanan menjadikan subjek tertekan, subjek Ad juga
merasakan hal yang sama merasa kesepian tanpa seorang anak disisinya
sehingga menjadikan beban terhadap subjek. Beban yang banyak dan
semakin berat menimbulkan rasa jenuh hal ini juga dapat menimbulkan
stres.
Menurut
Gunadarma (2007) ibu single
parent
memiliki peran ganda sebagai seorang istri, ibu rumah tangga,
pendididik, menjalankan tugas reproduksi,
anggota
masyarakat dan bahkan juga sebagai pencari nafkah. Dalam menjalankan
peran tersebut adakalanya dihinggapi berbagai masalah yang menyangkut
kejiwaan, yang apabila tidak diatasi juga berakibat menimbulkan
gangguan kesehatan jiwa. Gangguan yang sering diahadapi adalah berupa
stres.
Dari hasil wawancara
juga menyebutkan masalah eksternal pada kedua subjek. Sumber stres
lingkungan dan sosial juga memicu stres pada kedua subjek. Pandangan
masyarakat terhadap perubahan status sebagai single
parent,
kedua
subjek sering dihinggapi berbagai perasaan negatif, dengan status
sebagai single
parent
kedua subjek tidak lepas dari pencitraan negatif gosip-gosip
masyarakat.
berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan kepada kedua subjek bahwa
sama-sama memiliki masalah sosial.
Pada subjek Ad kerap
digosipkan oleh masyarakat setempat, subjek pun mengalami tindakan
kasar dan korban atas sikap berkuasa suami, hal serupa juga dialami
oleh subjek My yang merasa tidak dihargai oleh lingkungan dan
masyarakat setempat dikarenakan status subjek juga sebagai janda
subjek
mendapat
masalah
sosial berupa gunjingan dari tetangganya hal
ini menjadikan subjek My stres.
- Pengelolaan stres pada ibu single parent
Mengatasi stres
merupakan suatu proses yang terdiri dari rangkaian tindakan yang bisa
mengubah stresor yang dihadapi. Masalah yang berat terhadap keuangan
yang dihadapi membuat kedua subjek harus bekerja dan mencari uang.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kedua subjek bekerja untuk
membiayai keluarga. Subjek Ad mengatasi keuangan dan membiayai
keluarga dengan bekerja sebagai instruktur olahraga juga terkadang
membantu teman untuk merias sehingga mendapat uang sebagai upah dari
rias. Berbeda dengan subjek My yang bekerja sebagai karyawan disebuah
toko, selain itu subjek juga bekerja paruh waktu dan mencari pesanan
untuk mengatasi masalah keuangan yang sulit serta membiayai kebutuhan
sekolah anak dan kebutuhan keluarga.
Dari hasil wawancara
kedua subjek mengatasi masalah dengan meminta nasehat dan saling
bercerita kepada orang-orang terdekat, dengan meminta nasehat kedua
subjek mengikuti saran yang diberikan hal tersebut dapat mengurangi
beban yang dirasakan oleh kedua ibu single
parent.
Subjek Ad mengatasi masalah dengan meminta dukungan kepada
teman-teman untuk mengatasi masalah kangen terhadap anak. Ketika
subjek stres, sedih dan tertekan subjek mengatasi hal tersebut dengan
jalan-jalan, karaoke, dan setiap masalah dengan berolahraga setiap
hari dan mencari kegiatan lain untuk mengurangi stres yang dihadapi,
pada subjek My yang selalu meminta nasehat kepada orangtua dan
jalan-jalan untuk mengurangi stres yang dihadapi, ketika subjek
mengalami masalah dan menyebabkan stres pola makan subjek semakin
meningkat.
Masalah terhadap
anak membuat tertekan, dari hasil wawancara kedua subjek menyatakan
bahwa mengatasi hal tersebut tidak mudah, subjek Ad juga merasakan
sedih ketika kangen terhadap anak dan anak sedang sakit namun subjek
sangat sulit untuk bertemu dengan anak dikarenakan suami yang
bersikap kuasa dan kasar. Subjek My merasakan hal yang sama yaitu
masalah anak yang sulit diatur dan sulitnya berkomunikasi yang baik
terhadap anak menjadikan subjek My merasa tertekan, subjek sampai
saat ini belum menemukan cara yang baik untuk berkomunikasi dengan
anak.
Dihinggapi berbagai
masalah baik masalah internal dalam diri sendiri maupun masalah
eksternal. Dari hasil wawancara kedua subjek mengatasi masalah pada
diri sendiri dengan mengubah cara berfikir negatif menjadi positif,
subjek Ad mengatasi dengan berfikiran positif dan memperbaiki
perilaku agar masyarakat salah dalam menilai subjek. Demikian pula
dengan subjek My yang juga dihinggapi gunjingan tetangga namun subjek
mengatasi hal tersebut dengan ketemu tetangga untuk mengklarifikasi
masalah, serta subjek juga berprilaku baik dalam masyarakat.
Masalah kesepian
yang dirasakan terhadap kedua subjek menjadikan hal tersebut memicu
stres, kedua subjek mengatasi hal tersebut dengan mengisi kegiatan
lain, jalan-jalan, makan bersama teman-teman dan mencari hiburan agar
tidak merasa kesepian. Dari hasil wawancara subjek Ad yang selalu
mengisi waktu dengan kegiatan olahraga pada pagi dan sore hari serta
membatu saudara menjaga toko optik, subjek yang ingin memperbanyak
teman agar masalah kesepian yang dihadapi sedikit berkurang. Subjek
My yang mengatasi hal tersebut dengan jalan-jalan dan mencari
pekerjaan lain dan mencari pesanan agar masalah yang dihadapi sedikit
berkurang.
Dari hasil wawancara
juga kedua subjek mengungkapkan dapat mengatur waktu dengan baik
dapat membagi antara pekerjaan domestic dan public. Subjek Ad yang
selalu olahraga dan senam setiap hari sehingga stres yang dialami
sedikit berkurang subjek juga melakukan relaksasi untuk mengurangi
stres yang dihadapi. Seperti halnya subjek My yang meminta nasehat
dan bantuan finansial maupun materi kapada orangtua menjadikan subjek
merasa tidak sendiri dan kesepian.
Banyaknya masalah
menjadikan kedua subjek stres, dari hasil wawancara kedua subjek
mengatasi setiap masalah yang dihadapi berserah diri pada yang maha
kuasa dan banyak berdoa, serta mengubah pola berfikir negatif menjadi
positif. Kedua subjek juga mengungkapkan bahwa ketika stres tidak
pernah menuangkan dalam bentuk tulisan seperti diari, junal maupun
gambar.
Dari penelitian
sejenis yang dilakukan oleh Hansmardiansyah (2007) “Stres dan
coping stres pada Wanita Karier Berstatus janda yang dipensiunkan
Secara Dini” menunjukkan hasil penelitian yang diperoleh adanya
stres yang dialami pada ibu single
parent
serta adanya kesesuaian dengan teori bahwa single
parent
mengalami stres menghadapi kenyataan menjalani hidup tanpa dukungan
seorang suami sangatlah berat.
Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya kesesuaian dengan penelitian sebelumnya
Hansmardiansyah (2007) yang menunjukkan faktor-faktor stres pada ibu
single parent, seperti faktor lingkungan, faktor sosial, faktor
lembaga, perceraian, dan karakteristik yang memperngaruhi stres pada
ibu single parent serta berbagai masalah yang dihadapi setelah
perceraian seperti masalah ekonomi, masalah psikologis, masalah
sosial dan masalah anak.
Menurut Wallace
(2007) pengelolaan stres dapat dilakukan dengan Cognitif
restructuring, Journal writing, Time management, dan Relaxation
tehnique.
Diantara beberapa aspek yang telah disebutkan, pengelolaan stres yang
dilakukan oleh kedua ibu single
parent
pada penelitian ini ialah Cognitif
restructuring, Time management, dan Relaxation tehnique. Namun
kedua subjek tidak melakukan Journal writing untuk pengelolaan stres
yang dihadapi.
Gambar
: Pengelolaan Stres Pada ibu Single
parent
Kesimpulan
Dari hasil analisis data
penelitian yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa stresor
utama pada ibu single
parent adalah masalah
terkait anak, masalahterkait ekonomi seperti biaya hidup yang semakin
mahal, masalah psikologis psikologis, masalah terkait sosial dan
masalah terkait pada fisik. Pada subjek Ad yang merasa sepi tanpa
anak disisnya, dan merasa sedih ketika kangen terlebih sang anak
sakit. Masalah dengan mantan suami yang berprilaku kasar dan keras,
masalah dengan keuangan, masalah lingkungan yang kerapkali menjadikan
subjek stres. Seperti halnya pada subjek My masalah dalam diri
sendiri, sepi, bosan, tertekan dengan kondisi rumah yang berantakan,
masalah dengan anak yang sulit untuk diatur, masalah dengan keuangan,
biaya sekolah yang semakin mahal, serta masalah terkait lingkungan
yang kerapkali memicu stres.
Pengelolaan stres merupakan usaha
dalam mengurangi stres atau meniadakan dampak negatif yang dialami.
Pengelolaan yang dilakukan oleh kedua subjek untuk mengatasi stres
ialah dengan melakukan cognitif restructuring, time management,
relaxation, niat ikhlas, sabar dan shalat, bersyukur, serta doa dan
dzikir.
Langganan:
Postingan (Atom)